GEJOK LESUNG "BERKAH LARAS" PADUKUHAN JAMBU

Agung Sriawan 15 November 2024 12:27:06 WIB

Jurangjero (Sidasamekta). Dalam Bahasa Jawa, "gejog" atau "kothekan" artinya memukul. Sementara "lesung" merujuk pada alat pertanian berupa wadah untuk menumbuk padi. Lesung terbuat dari kayu gelondong yang dipahat hingga berceruk atau berongga seperti bentuk perahu. Alu/antan adalah alat penumbuk padi berupa batang kayu panjang dengan diameter seukuran genggaman tangan orang dewasa. Permainan lesung kemudian juga disebut "gejog" atau "kothekan".

Kesenian "Gejog Lesung" yang telah dikenal turun-temurun selama ratusan tahun diyakini bermula dari suatu mitos ataupun legenda yang ada di lingkungan masyarakat Gunungkidul Khususnya Kalurahan Jurangjero, Setidaknya ada dua cerita rakyat setempat mengenai mitos ataupun legenda yang terkait dengan permainan "gejog lesung".

Pertama, mitos tentang raksasa jahat bernama Lembu Culung (Batara Kala) yang dihukum oleh Batara Wisnu. Gembung (tubuh) dan kepala raksasa terpisah oleh "Cakra" senjata sakti Batara Wisnu. Tubuhnya jatuh ke bumi dan berubah menjadi lesung. Sementara kepalanya justru jatuh ke air suci sehingga hidup abadi dan kemudian melayang-layang di angkasa menelan berbagai benda. Konon, gerhana terjadi karena matahari/bulan ditelan oleh mulut dari kepala raksasa jahat tersebut. Penduduk bumi memukuli lesung "tubuh jadi-jadian" si raksasa agar ia memuntahkan kembali matahari/bulan sehingga gerhana pun akan berakhir.

Kedua, legenda terjadinya Candi Sewu dan Candi Prambanan. Untuk menolak lamaran Bandung Bondowoso, Roro Jonggrang memintanya membangun seribu candi dalam waktu satu malam. Berkat kesaktian dan bantuan para jin Bandung Bondowoso nyaris berhasil menyelesaikan seribu candi, tetapi gagal karena mendadak suasana tampak benderang dan terdengar suara lesung bertalu-talu disertai kokok ayam bersahut-sahutan tanda fajar telah tiba. Sebenarnya hari masih malam. Suasana fajar terjadi karena muslihat Roro Jonggrang yang meminta para petani membakar jerami serta memainkan "gejog lesung".

Kesenian tradisional gejog lesung ini sudah di SK kan Lurah Jurangjero bahwasannya setiap warga Masyarakat Kalurahan Jurangjero yang akan menikahkan anaknya agar mengadakan seni tradisional gejog lesung dirumahnya sebelum acara pernikahan dilangsungkan. Dengan SK atau surat Keputusan Lurah ini bertujuan agar budaya kesenian yang sudah mulai terkikis budaya modern dikalangan masyarakat ini bisa lestari kembali, Seperti Gejok “Berkah Laras” yang menggelar kesenian ini di rumah Bapak Suwadi Warga Padukuhan Jambu dalam rangka resepsi pernikahan putranya, kegiatan pagelaran ini  supaya kesenian yang sudah lama terkikis dengan budaya modern bisa Lestari dan berkembang serta dikenal warga masyarakat di era serba moderen ini.

Belum ada komentar atas artikel ini, silakan tuliskan dalam formulir berikut ini

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Kode Keamanan
Komentar
 

Pencarian

Komentar Terkini

Media Sosial

FacebookTwitterGoogle PlussYoutubeInstagram

Statistik Kunjungan

Hari ini
Kemarin
Pengunjung

PEMERINTAH KALURAHAN JURANGJERO